blog

blog

Selasa, 07 Januari 2014

Contoh Reportase Investigasi-Tugas kelompok-Investigasi Tempo Dan Kemarahan Aremania


Liputan Utama Tempo tentang aib sepakbola Indonesia. Dipuji dan dimaki. Laporan utama sekaligus investigasi Majalah Tempo tentang buruk rupa sepakbola Indonesia bak pisau bermata dua. Banyak dipuci karena membeberkan fakta terselubung, tapi juga dicaci kelompok pendukung tim yang merasa dilecehkan. Majalah Tempo edisi 24-30 Januari menjadi trending topic di kalangan supporter sepakbola Indonesia. Gerakan Anti Nurdin Halid yang semakin mengemuka pasca kongres tahunan PSSI dan menjelang pemilihan Ketua Umum PSSI 2011-2015 seperti mendapat angin segar dengan terbitnya majalah yang memasang gambar sampul bertuliskan “KORUPSSI, Priiit…! Banyak sandiwara di lapangan bola.” –seolah menyindir penyelewengan berat di kubu induk organisasi sepakbola Indonesia itu.

Beberapa twit berseliweran di antara para aktivis “reformasi” sepakbola Indonesia untuk menyambut baik sekaligus mempromosikan tema investigasi majalah berita mingguan ini. Ada juga yang menyatakan kalau di beberapa lapak majalah Tempo edisi ini begitu cepat sold-out alias laku keras di pasaran.
Tapi, tak semua menyambut bungah, salah satunya yakni Aremania, kelompok pendukung Arema Indonesia. Mereka berang karena juara Liga Super musim 2009/2010 milik Arema dianggap sebagai ‘hadiah’ dari pengurus PSSI yang memiliki hubungan dekat dengan klub berlogo kepala singa itu. Melalui milis arema@yahoogroups.com, Teguh Handoyo, salah seorang anggota kelompok pendukung tim sepakbola yang pernah mendapat predikat “the best supporter” di Indonesia itu menuliskan keberatan lengkapnya”:

Kepada: Yth. Pimpinan Redaksi Majalah Tempo
Saya sebagai Aremania dan pendukung kemajuan sepak bola nasional merasa senang dengan pemberitaan Tempo edisi 24-30 Januari 2011 yang mengulas tentang persepakbolaan kita. Namun ada beberapa hal yang mesti diluruskan dalam pemberitaan tersebut karena kurang/tidak sesuai dengan fakta yang terjadi, antara lain:
1. Kedekatan Arema dan Nirwan Bakrie, hal ini memang benar adanya namun tidak seperti yang dicitrakan dalam tulisan tesrsebut. Nirwan memang dekat dengan semua klub Galatama waktu itu termasuk membantu secara finansial (di antaranya adalah Arema), dan Arema tidak mendapatkan keistimewaan dalam hal yang menyangkut pertandingan. Juara edisi 1992-1993 diperoleh dari hasil perjuangan berat.

2. Pertandingan Arema vs Persebaya di Malang. Tidak ada bonek di dalam stadion seperti yang diberitakan. Proses terjadinya gol memang lewat penalti yang di dapatkan karena M. Ridhuan terjatuh dalam kotak 16 meski hanya sedikit bergesekan dengan bek Persebaya. Namun saat itu posisi wasit di belakang kedua pemain dan secara sekilas terlihat seperti pelanggaran. Komentator di TV juga berpendapat sama dengan wasit sampai saat kemudian ada replay kejadian tersebut (hasil replay tidak/belum bisa dijadikan justifikasi pengambilan keputusan dalam sepak bola).

3. Arema vs Persiwa di Wamena. Tudingan bahwa Arema melakukan suap juga dilontarkan oleh pelatih Persija (waktu itu) Benny Dollo, dan dijawab Aremania dengan mengadakan nonton bareng rekaman pertandingan di Wamena yang difasilitasi oleh sebuah koran lokal di Malang. Disitu terbukti bahwa Arema menang dengan bersih. Mengenai Manajemen Arema meminta bahwa pertandingan tersebut dikawal agar berjalan dengan fair, saya rasa hal itu wajar mengingat berulangkalinya kejadian “aneh bin ajaib” setiap Persiwa bermain di kandang.

4. Arema vs Persija. Seluruh dunia juga tahu bila skor akhir adalah 5-1 untuk kemenangan Arema, bukan 2-1 seperti yang dituliskan, dan Benny Dollo menolak melakukan press conference karena terlanjur malu.

5. Apabila ada beberapa nama yang dulu turut membidani lahirnya Arema, itu adalah hak dan rezeki dia. Arema tidak mendapatkan fasilitas khusus, bahkan terlalu sering di-dzolimi oleh PSSI. Aremania jugalah yang berada di garda depan dan meneriakkan Revolusi PSSI.

6. Kontributor majalah Tempo di Malang (Abdi Purnomo) sepertinya perlu dipertanyakan kredibilitasnya karena banyaknya informasi yang tidak akurat dan menggiring opini negatif para pembaca.

7. Bapak Pemimpin Redaksi yang terhormat, Arema tidaklah suci dan sempurna. Namun kami juga tidak seburuk dan sekotor yang digambarkan dalam tulisan anda. Saya menulis surat keberatan ini dengan tujuan agar pembaca dapat memperoleh informasi yang utuh, akurat, dan tidak sepotong-potong sehingga menjadi multitafsir. Semoga majalah Tempo dapat terus berkarya.

Aremania, salah satu supporter terbaik di Indonesia. Menyikapi pemberitaan media dengan dewasa Manajemen Tempo sendiri berjanji memuat ikhwal keberatan Aremania ini sebagai Surat Pembaca pada edsi berikutnya. Selain dari Aremania, surat klarifikasi ke Tempo dan ditembuskan milis arema juga dikirim oleh media officer Arema Indonesia, yang berbunyi: Sehubungan dengan pemberitaan Majalah Tempo Edisi 24-30 Januari 2011 dengan judul Korupssi Priit…! Banyak sandiwara di lapangan bola. Maka kami dari
Departemen Media Officer PT Arema Indonesia perlu meluruskan sejumlah informasi yang keliru, dan bila dibiarkan atau tidak dibeikan klarifikasi justmenimbulkan fitnah dan tidak sesuai dengan fakta apalagi menurut kami tidak
disajikan secara berimbang (cover both side). Utamanya dalam rubrik Tempo Investigasi. Beberapa informasi yang disajikan Tempo yang kami anggap keliru dan perlu di luruskan diantaranya :

1. Halaman 55 kolom ketiga alinea 4, ditulis Stadion seakan segera meledak. Teriakan dan nyanyian puluhan ribu suporter kedua kesebelasan memecahkan telinga. Minggu ketiga Februari tahun lalu itu. Persebaya Surabaya bertamu ke kandang Arema di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur dalam kompetisi Liga Super. Aremania dan Bonek “bertempur” adu keras suara, memberi semangat kedua tim yang menyerang silih berganti.

2. Halaman 57 kolom ketiga alinea 3-4, ditulis “Persiwa Wamena ini tim aneh, karena selalu mendapat penalti di menit-menit akhir,” kata Pelatih Arema, Robert Alberts, sebelum berangkat ke Papua. Gol ajaib akibat keputusan wasit yang ganjil memang kerap terjadi pada pertandingan Liga Super di Papua. Walhasil Arema seperti menjalani misi mustahil. Pemain Arema juga “terteror” insiden kasar dalam pertandingan dua pekan sebelumnya di Wamena. Pemain-pemain Persiwa tak hanya mengalahkan Persisam Samarinda dengan satu gol, tapi juga memukuli enam pemain Persisam.

3. Halaman 58 kolom pertama alinea 2, ditulis “Sepertinya PSSI memang memberi kesempatan kepada Arema untuk juara musim lalu,” ujar Jhon bersungut-sungut.

4. Halaman 58 kolom pertama alinea 3, ditulis Apa Rahasianya ? Arema mengaku meminta tim khusus PT Liga Indonesia memantau pertandingan di Wamena. “Kami ingin mengantisipasi semua faktor nonteknis,” kata Manajer Arema, Mujiono Mujito. “Apa salahnya menghubungi semua pihak terkait untuk berjaga-jaga? “. Artinya, Arema memang justru ketika pertandingan tidak diganggu keanehan macam-macam.

5. Halaman 58 kolom dua alinea 1,ditulis Menurut sumber Tempo, kejadian di Wamena itu indikasi bahwa Arema memang “dikawal” petinggi PSSI. Di Liga Super dan divisi-divisi di bawahnya memang sudah jamak dikenal pentingnya sebuah klub membeli “pengawalan” khusus dari “bapak asuh”. Biasanya mereka adalah petinggi PSSI.

6. Halaman 59 kolom satu alinea 1, ditulis Singkat cerita, pada Mei 2010, setelah bermain imbang 1-1 dengan PSPS Pekanbaru, Arema resmi menjadi juara. Ribuan suporter Aremania membanjiri pertandingan teakhir arema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Disana Arema menghempaskan Persija 2-1. Lengkap sudah kesaktian tim Singo Edan.

7. Halaman 59 kolom satu alinea 3, ditulis Arema pun kelimpungan. apalagi orang-orang Bentoel di Arema mundur satu persatu. Darjoto Setyawan, Ketua Yayasan Arema dan Gunadi Handoko, Direktur Utama PT Arema, mengundurkan diri. Berbagai penyelamatan pun dicoba. Mereka bahkan pernah menjajaki merger dengan klub sepupunya, Persema Malang. Tapi gagal.

8. Halaman 59 kolom dua alinea 3, ditulis Sumber Tempo di dalam manajemen Arema membenarkan adanya bantuan Bakrie. “Jumlahnya lebih dari Rp 7 miliar,” katanya.

9. Halaman 59 kolom tiga alinea 1, ditulis Arema melanggang Gelontoran dana Rp 4,5 miliar untuk Arema dari Ijen Nirwana-pesuahaan pengembang perumahan milik Grup Bakrie-di awal musim ini mempertegas kedekatan antara Arema dan Keluarga Bakrie.

10. Halaman 61 kolom satu alinea 1, ditulis Laporan Keuangan mereka tidak memenuhi standar akuntansi, sekadar pakai program Microsoft Excel yang bisa dihapus dan diubah siapa saja sehingga kesahihannya diragukan. Laporan keuangan PSMS Medan dan Arema Indonesia masuk kategori ini.
Dari tulisan yang kami rinci di atas, perlu kami luruskan dan klarifikasi, temasuk penilaian kami terhadap keseimbangan berita sebagai syarat mutlak dalam proses jurnalistik, agar diperoleh informasi yang berimbang dan akurat. Adapun klarifikasi dari kami :

1. Pertandingan Arema vs Persebaya di ISL 2009/2010 digelar pada hri Minggu 21 Februari 2010 di Stadion Kanjuruhan. Jajaran kepolisian Malang Raya melarang kehadiran suporter Persebaya ke Malang untuk menjaga kondusifitas, selain saat itu pendukung Persebaya terkena sanksi Komisi Disiplin PSSI, tidak diperbolehkan mendampingi timnya selama bertanding di luar Surabaya selama empat tahun. Ketua Panpel Arema Indonesia, Abriadi juga telah melakukan kordinasi dengan tim Persebaya, saat melakukan tehnical meeting sehari sebelum pertandingan di Kantor Arema, Jl Sultan Agung, hadir pula jajaran perangkat pertandingan dan jajaran kepolisian memastikan informasi ketidak hadiran pendukung Persebaya, karena intruksi dari jajaran kepolisian, juga adanya sanksi dari Komdis. Karena itu, fakta di Stadion Kanjuruhan saat itu, tidak ada kehadiran pendukung Persebaya. Kami akan mengirimkan bukti video rekaman pertandingan Arema Indonesia vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada 21 Februari 2010 sebagai bahan kajian redaksi Tempo.

2. Perlu diluruskan, dalam proses jurnalistik unsur when dan who perlu dikesinambungkan. Robert Alberts, saat tulisan ini dimuat sudah tidak lagi menjabat sebagai pelatih Arema Indonesia, karena itu perlu ditulis Robert Alberts sebagai mantan pelatih Arema Indonesia, atau pelatih Arema Indonesia saat itu. Pertandingan melawan Persiwa di ISL 2009/2010 digelar pada 11 April 2010 di Stadion Pendidikan Wamena Papua. Skor berakhir 0-2 untuk kemenangan Arema Indonesia. Kemenangan itu hasil dari kerja keras semua yang terlibat dalam tim maupun manajemen. Sebab dipersiapkan selama tiga bulan lebih sebelum Arema Indonesia melakukan pertandingan away ke Papua. Di antaranya melakukan TC di Batu selama tujuh hari, dua minggu sebelum keberangkatan ke Wamena, tujuannya untuk beradaptasi dengan cuaca di Wamena yang cenderung dingin. Memantau setiap pertandingan Persiwa, baik saat home maupun away melalui dokumentasi video. Mengumpulkan data tentang menit-menit gol yang diciptakan Persiwa untuk mengantisipasi kelemahan yang dimiliki Arema Indonesia, termasuk memprogram keberangkatan tim empat hari sebelum pertandingan, dengan melakukan penerbangan transit ke Makassar selama satu hari dengan tujuan agar masa recovery pemain cukup. Perlu diluruskan pula, tim Arema Indonesia tidak merasa terteror dengan kejadian yang menimpa tim lain, terbukti saat itu Arema berangkat dengan pemain-pemain inti. Seharusnya ada konfirmasi dari perwakilan pemain Arema Indonesia terkait informasi tersebut.

3. Akan lebih berimbang, bila ada pernyataan resmi atau konfirmasi terkait statemen tersebut kepada mantan jajaran pelatih, manajemen atau pemain Arema Indonesia yang menjadi saksi pertandingan itu. Dalam kesempatan inipula, kami mengirim dokumentasi rekaman pertandingan Persiwa vs Arema Indonesia di ISL 2009/2010 di Stadion Pendidikan untuk menjadi bahan kajian redaksi Tempo.

4. Sekali lagi untuk memenuhi unsur jurnalistik utamanya pada unsur when dan who, saat ini Mujiono Mujito, pada kepengurusan Arema Indonesia pada ISL 2010/2011 sudah tidak menjabat sebagai Manajer Arema Indonesia. Kami sampaikan saat lawan tim ke Wamena, Mujiono Mujito tidak ikut serta mendampingi tim, karena alasan kesibukan di luar Arema Indonesia. Ada kesan kuat, opini diarahkan agar pembaca memahami kalimat nonteknis yang disampaikan narasumber Mujiono Mujito cenderung ke arah materi. Padahal, non teknis yang diantisipasi Arema Indonesia saat lawatan ke Papua, yakni faktor transportasi yang jauh,
kondisi medan yang berpengaruh terhadap kebugaran pemain, karena kami menganggap hasil kajian manajemen tim, kenapa tim-tim lain gagal meraih poin di Papua, karena sebagian besar faktor kelelahan. Karena itu dalam penyusunan program ke Wamena, faktor kelelahan ini menjadi bahan kajian. Karena itu kami sampaikan, kemenangan di Wamena pada ISL 2009/2010 karena hasil kerja keras tim bersama manajemen.

5. Informasi tidak seimbang, tidak ada statemen resmi dari Arema Indonesia untuk menyeimbangkan informasi yang disajikan. Ada kesan kalimat “dikawal”, “pengawalan” , dan “bapak asuh” menggiring opini pembaca ke arah negatif, bukan atas dasar statemen seorang narasumber. Sebab, indikasi kalimat “dikawal”, tidak tegas di sampaikan narasumber. Kalimat ini menggiring ke opini negatif terhadap kemandirian Arema Indonesia yang selama ini berjalan dengan tiga pilar kemandirian yakni dari ticketing, sponsorship dan merchandise. Dalam konteks organisasi sepak bola, Arema Indonesia merupakan anggota PSSI, sudah selayaknya bila PSSI melakukan pembinaan terhadap klub-klub sepak bola yang menjadi anggotanya.

6. Pertandingan Persija vs Arema Indonesia di ISL 2009/2010 digelar pada Minggu 30 Mei 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Pertandingan berakhir 1-5 untuk kemenangan Arema Indonesia, akan kami kirimkan pula video rekaman Persija vs Arema Indonesia, 30 Mei 2010 sebagai bahan kajian redaksi Tempo.

7. Fakta kronologis yang disampaikan tidak runtut. Pengelolaan Arema Indonesia dari Bentoel ke Konsorsium ditandatangani pada 3 Agustus 2009. Dalam jajaran direksi PT Arema Indonesia, saat itu Direktur Utama PT Arema Indonesia dijabat Gunadi Handoko. Sedangkan Darjoto Setiawan, mundur dari Ketua Yayasan Arema pada 8 September 2009, dan Gunadi Handoko resmi mundur dari jabatan Direktur PT Arema Indonesia pada 9 Maret 2010, setelah kurang lebih 7 bulan turut mengelola Arema Indonesia. Sedangkan wacana merger dengan Persema kami membenarkan muncul jauh sebelum pengelolan di serahkan ke Konsorsium pada Agustus 2009. Jadi, faktanya bukan muncul setelah Darjoto Setiawan dan Gunadi Handoko
mengundurkan diri.

8. Informasi sangat tidak berimbang, karena tidak ada konfirmasi ke Manajemen PT Arema Indonesia, selayaknya informasi kendati didapat dari narasumber yang enggan disebutkan jati dirinya, tetap ada konfirmasi kepada pihak resmi Manajemen PT Arema Indonesia, informasi itu tidak benar. PT Arema Indonesia murni menjalin kerjasama sponsorship dengan Perumahan Ijen Nirwana Residence, kerjasama di teken sekaligus launching sponsorship pada 14 Nopember 2010, nilai kerjasama total Rp 4,5 miliar.

9. Hubungan PT Arema Indonesia dengan Ijen Nirwana Residence murni kerjasama sponsorship. PT Arema Indonesia memberikan kompensasi atau benefit yang layak sebagai media promosi pihak Ijen Nirwana Residence.

10. Tidak ada konfirmasi resmi ke Departemen Keuangan PT Arema Indonesia terkait informasi tersebut. Tidak benar, sistem keuangan yang ditulis Tempo, sebab PT Arema Indonesia sudah menggunakan sistem keuangan yang memiliki akuntabilitas yang menunjang. Dalam pemberitaan, tidak disampaikan indikator bukti sebuah laporan keuangan, hanya didasarkan dari laporan keuangan menggunakan program Microsoft Excel, jadi data indikator Laporan Keuangan berdasarkan sistem akuntansi yang ditulis Tempo masih sangat dangkal. 

Demikian surat klarifikasi ini kami sampaikan. Besar harapan kami, dapat diambil pelajaran berharga dari pemberitaan tentang kami ini. Kami menyadari pula bahwa kami juga pernah khilaf, namun lebih bijaksana bila khilaf itu diperbaiki dengan belajar dan terus belajar. Kami sangat terbuka dengan kritik, saran dan masukan. Ke depan kami juga berharap, agar Tempo sebagai media yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari para pembacanya atas berita yang disajikan, juga membekali dan belajar awak redaksinya dengan memberikan pemahaman teknis sepak bola, agar mampu menilai setiap pertandingan murni dari sisi teknisnya, agar mampu memberikan apresiasi atau penghargaan atas kerja keras awak tim sepak bola, bukan menyajikan fitnah atau berita tidak benar, apalagi menyangkut teknis sepakbola. Arema Indonesia menjadi klub yang sejak awal dibangun dengan kemandirian, karena itu kita merasa masih ingin terus belajar agar menjadi modern dan profesional.
Sabtu, 29 Januari 2011
Salam Satu Jiwa, Arema Indonesia
Sudarmaji, Media Officer PT Arema Indonesia
Perayaan Arema Juara Liga Super 2010. Bukan karena hadiah. (foto by wearemania.net)
Tapi, cerita belum selesai. Merasa namanya disebut-sebut, Abdi Purmono, koresponden Tempo di Malang yang juga berkontribusi pada tulisan investigasi itu, buka suara. Abel, begitu panggilan jurnalis yang lama meliput di dunia persepakbolaan Malang itu, menulis catatan di Facebooknya berjudul “Surat Terbuka kepada Aremania”.
“Saya tidak ikut milis Arema, jadi saya berharap surat terbuka ini dapat dibaca untuk menjelaskan bagaimana posisi saya sebenarnya dalam pembuatan laporan investigasi itu,” kata Abel melalui sambungan telepon kepadaMedia Independen. Ia menegaskan, sampai saat ini tidak berada dalam posisi terancam, terkait dengan pemberitaan yang menimbulkan murka Aremania itu.
“Saya berterimakasih atas simpati sebagian Aremania dan juga jurnalis di Malang yang mengkhawatirkan keselamatan saya. Tapi, sejauh ini saya baik-baik saja,” kata pria lulusan perguruan tinggi di Sumatera Utara itu.
Selengkapnya, surat terbuka Abel berbunyi demikian:
Salam satu jiwa!
Kawan-kawan Aremania sak ndunyo, tolong dibaca dengan baik-baik, teliti, dan penuh kesabaran agar duduk perkara yang sebenarnya dapat dipahami dengan berimbang dan adil. Prinsip saya: kita sama-sama belajar dari masalah ini dengan bijak dan penuh kerendahan hati.
Di Facebook saya menulis identitas saya sebagai orang yang “Masih belajar membaca, menulis, dan memotret. There’s no angel in the world.” Saya senang belajar dari siapa pun. Sekitar 30-an tahun lalu, saya tahu dasar-dasar catur dari anak SD kelas 3. Anak SD ini cucu guru mengaji saya, juga adik kelas di madrasah ibtidaiyah di Kota Medan. Maaf, jadi sedikit bernostalgia…
Saya sangat bisa berempati (bukan sekadar bersimpati) terhadap posisi dan perasaan nawak-nawak Aremania setelah muncul laporan investigasi majalah TEMPO edisi 24-30 Januari 2011 soal suap di jagat persepakbolaan kita, dengan sampul berjudul “KORUPSSI, Priiit…! Banyak sandiwara di lapangan bola.”
Tiga kali saya membaca laporan itu agar saya tak salah atau asal-asalan memahaminya. Setelah membacanya, saya merasa agak malu dan makin memahami mengapa kemudian Aremania protes, mulai protes halus sampai kasar (ada yang pakai mengancam segala), mulai dari yang pakai otak sampai yang asal celometan.

Lima poin sanggahan yang ditulis oleh Mas Teguh R. Handoyo dan disampaikan ke Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO pada Selasa, 25 Januari 2011, sudah proporsional. Satu poin lagi (tepatnya di poin keenam) ditulis begini: Kontributor majalah Tempo di Malang (Abdi Purnomo) sepertinya perlu dipertanyakan kredibilitasnya karena banyaknya informasi yang tidak akurat dan menggiring opini negatif para pembaca.
Sedangkan isi poin ketujuh: Bapak Pemimpin Redaksi yang terhormat, Arema tidaklah suci dan sempurna. Namun kami juga tidak seburuk dan sekotor yang digambarkan dalam tulisan Anda.
Mas Teguh sudah memberikan contoh sangat baik dan berharga tentang bagaimana seharusnya persoalan pemberitaan diselesaikan dengan cara yang beradab dan elegan, yakni dengan menggunakan hak jawab dan hak koreksi. Kedua hak itu diatur dan dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Tepatnya di Pasal 1 (ayat 11, 12, dan 13), Pasal 5 (ayat 2 dan 3), yang mewajibkan pers melayani hak jawab dan hak koreksi. Kalau kedua hak ini tidak dilayani, maka perusahaan pers dikenakan pidana denda sebesar Rp 500 juta.

Kewajiban wartawan untuk melayani hak jawab dan hak koreksi itu juga disebutkan dalam Pasal 11 Kode Etik Jurnalistik: wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.Insya Allah, majalah TEMPO akan memuat utuh surat Mas Teguh pada edisi terbaru yang terbit tiap Senin (31 Januari 2011). “Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan,” demikian bunyi ayat 13 Pasal 1 UU Pers.

Apa yang dilakukan Mas Teguh semoga ditiru Aremania dan komunitas suporter lainnya jika menghadapi masalah serupa dengan media massa mana pun. Arema dan Aremania sudah menjadi salah satu ikon dan aset paling berharga bagi dunia persepakbolaan kita.

Nawak-nawak Aremania, saya bukan penulis laporan itu. Dalam susunan redaksi Tim Investigasi Suap Sepak Bola, saya bersama 12 rekan koresponden lain (Palangkaraya, Surabaya, Denpasar, Wamena, Samarinda, Bandung, Kediri, Yogyakarta, Solo, Bojonegoro, Makassar, dan Jakarta) hanya tercatat sebagai penyumbang bahan. Ini jelas tertulis di edisi cetak majalah TEMPO, bukan versi online-nya. Saya ini laksana prajurit dalam satu regu patroli militer.

Di atas para penyumbang bahan ada penanggung jawab, kepala proyek, penyunting, dan penulis. Beginilah urutan personel dalam tim dari atas ke bawah. Tim inilah yang mengolah seluruh bahan (biasa diistilahkan sebagai bahan belanjaan) dengan menempuh banyak tahap atau prosedur. Coba bayangkan, untuk satu berita biasa di koran, misalnya, bisa melewati enam tahapan proses, apalagi untuk laporan panjang.

Pembaca tinggal membaca tanpa dikenai kewajiban untuk ikut repot dan peduli memikirkan bagaimana susahnya menggarap sebuah berita. Sebaliknya, kalau ada berita yang keliru, pembaca justru berhak mengoreksi atau membantahnya. Cara terbaiknya ya seperti yang dicontohkan Mas Teguh. Meski hanya seorang penyumbang bahan, saya sudah bekerja menurut prosedur dan standar jurnalistik. Dalam waktu dua minggu saya menghubungi 9 narasumber. Semua narasumber bukan narasumber eceran atau ecek-ecek. Mereka saya nilai memiliki kredibilitas sesuai dengan kapasitasnya masing-masing baik sebagai pelaku maupun saksi.

Tidak semua narasumber mau diungkap identitasnya dan saya wajib melindungi identitas dan keberadaannya sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 7 Kode Etik Jurnalistik. Dan tak semua keterangan dikutip karena belum tentu relevan dengan tujuan laporan dibuat.

Saya sama sekali tidak menyetor bahan laporan tentang pertandingan-pertandingan Arema berikut skor akhir pertandingannya, makanya saya kaget juga Arema disebut mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 2-1. Padahal Arema menang telak 5-1.

Dari 5 poin sanggahan yang dibuat Mas Teguh, hanya soal peran Nirwan Dermawan Bakrie yang nyambung dengan bahan laporan yang saya kirim ke redaksi. Kisah peran Nirwan sudah lama saya ketahui langsung dari Mas Lucky alias Sam Ikul, pendiri Arema.

Saya hafal garis besar cerita pengelolaan Arema dari masa awal berdiri sampai dibantu Nirwan hingga kisah Arema sekarang. Saya menulis Nirwan membantu Arema Rp 61 juta. Bantuan diberikan setelah Arema 86 terpaksa dibubarkan pada pertengahan Juni 1987 karena kehabisan duit. Kemudian Arema 86 dihidupkan dengan nama baru: Arema.

Setelah uang diterima, Sam Ikul menguatkan status PS Arema dengan membentuk Yayasan Arema dengan akta notaris Pramu Handoyo No. 58 tanggal 11 Agustus 1987. Tanggal inilah yang sampai sekarang diperingati sebagai hari ulang tahun Arema. Sam Ikul dapat memenuhi janjinya mampu mendatangkan penonton dalam jumlah besar untuk ukuran klub baru seperti Arema. Waktu itu Persema Malang masih memiliki jumlah penonton terbanyak. Karena kinerja Arema sudah bagus di tahun pertama, Nirwan kemudian menjadi donatur alias tidak menjadi penyandang dana sepenuhnya.
Nirwan sempat pula meminjamkan gratis Bambang Nurdiansah alias Banur (kini jadi pelatih Jakarta 1928, klub peserta Liga Primer Indonesia/LPI) kepada Arema di putaran kedua kompetisi Galatama 1988-1989. Waktu itu Banur dikenal sebagai raja gol.

Nirwan dan Sam Ikul (dengan PT Putra Arema) juga berkongsi merenovasi Stadion Gajayana di masa Wali Kota Soesamto (1988-1998). Nirwan membantu hingga Arema menjadi juara Galatama XII (1992-1993).
Setelah itu manajer Arema berganti-ganti, mulai Haji Mislan, Vigit Waluyo (anak Haji Mislan), Iwan Budianto, Gandi Yogatama, sampai kemudian diambilalih PT Bentoel Prima pada Rabu, 29 Januari 2003, di Hotel Regent’s Park. Skenario pengambilalihan Arema dibahas dan diputuskan di rumah Bapak Iwan Kurniawan, bos PT Anugerah Citra Abadi di Jalan Karya Timur 52 (call sign KT-52).

Selama dipegang Bentoel, Arema tak lagi dipusingkan masalah keuangan. Bentoel mengumumkan pelepasan Arema pada Senin, 3 Agustus 2009, di Hotel Santika. (Saya bersyukur bisa ikut menghadiri kedua momen bersejarah Arema itu.)

Arema kembali sempoyongan setelah dilepas Bentoel. Masalah klasik muncul lagi: gaji pemain dan karyawan telat dibayar. Akibatnya, pemain sempat mogok latihan. Robert Alberts sempat mengancam mengundurkan diri.

Dalam kondisi genting, Nirwan kembali membantu Arema. Pada Kamis, 14 Oktober 2010, Ketua Yayasan Arema Muhammad Noer memperkenalkan sponsornya di Ijen Nirwana, perumahan elit milik Grup Bakrie. Noer mengumumkan Arema mengantongi uang sponsor sekitar Rp 11 miliar, sekitar Rp 4,5 miliar dari Ijen Nirwana. Selebihnya berasal dari Bank Saudara Rp 5 miliar, PT Mitra Pinasthika Mustika (distributor tunggal sepeda motor Honda untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) Rp 800 juta ditambah 17 unit sepeda motor senilai sekitar Rp 221 juta. Belum sebulan, pada 1 November manajemen justru mengumumkan defisit alias tekor Rp 7.136.000.000 (foto saya lampirkan). Pembayaran gaji pemain untuk tiga bulan (Agustus, November, Desember 2010) pun tertunda-tunda, sampai akhirnya kapten Pierre Njanka menyatakan hengkang pada Senin, 10 Januari 2011.

Dua hari kemudian, tepat sebelum Arema bertanding melawan tuan rumah PSPS Pekanbaru, manajemen membayarkan gaji untuk bulan November dan Desember. Dari mana duitnya? Gelap. Beberapa narasumber menyebutkan duit berasal dari pinjaman Pak Iwan dan bukan sekali ini duit Pak Iwan dipinjam Arema. Sudah jamak diketahui Pak Iwan seorang dermawan.

Saya pun bertanya pada Pak Iwan dan jawabannya berupa SMS yang saya terima pada Kamis, 20 Januari 2011, pukul 18.46 WIB. “Kalau soal Arema janganlah, Mas, karena tujuan saya bantu Arema tanpa pamrih karena setelah mendadak tidak ada sponsor dari Bentoel, Arema agak kedodoran. Jadi saya punya tanggung jawab moral saja. Lagi pula Arema merupakan komunitas yang bagus untuk persepakbolaan di Malang dan Indonesia. Gitu aja ya, Mas. Besok kita sambung lagi karena aku lagi nemenin tamu. Salam satu jiwa.”

Selama mencari dan mengumpulkan bahan laporan itu pula saya jadi tahu siapa sebenarnya pemegang saham Arema. Narasumber saya menyebutkan, setelah dilepas Bentoel, komposisi kepemilikan saham dipegang Yayasan Arema dan Sam Ikul, dengan jumlah saham 14 lembar.

Sebanyak 13 lembar saham dimiliki Yayasan Arema, dengan pengurus Muhammad Noer, Moedjiono Moedjito, dan Rendra Kresna. Sisa satu lembar saham (0,07 persen) diberikan kepada Sam Ikul sebagai penghormatan kepada sang pendiri Arema.

Nilai tiap saham Rp 1 juta. Jadi, sejak dilepas Bentoel, Arema punya saham hanya sebesar Rp 14 juta! Dan masih banyak kisah menarik dan “seram” lainnya, seperti kisah manajemen yang amburadul disertai konflik di dalamnya.

Bahan laporan yang saya kirim kemudian “dijahit” oleh redaksi, digabung dengan bahan laporan dari teman-teman saya yang lain. Kisah tentang Arema dalam laporan itu mirip kompilasi dari berita-berita yang sudah ada sebelumnya, termasuk dari berita saya untuk Tempo Interaktif dan Koran Tempo. Sebagian besar informasi dalam laporan sudah diketahui publik pencinta sepakbola.

Menurut saya, secara keseluruhan, laporan investigasi itu sudah berimbang karena ada tanggapan dari pihak-pihak yang disebut. Substansi isunya sudah menggambarkan masalah sangat besar dalam persepakbolaan kita. Kalau ada narasumber tak mau diungkap identitasnya, itu menjadi hak narasumber yang wajib dilindungi wartawan.

Saya tidak menggarap bahan laporan berdasarkan “pesan sponsor” dari pihak-pihak tertentu seperti dituduhkan beberapa Aremania kepada saya. Saya juga menolak jika disebut TEMPO telah beropini dan sengaja menyudutkan Arema. Tapi untuk hal ini biar redaksi saja yang menjelaskan. Yang jelas lagi terbaca oleh saya adalah laporan investigasi itu sama sekali tidak fokus ke konflik antara PSSI dengan konsorsium Liga Primer Indonesia.

Bagi saya, LSI dan LPI hanyalah alat untuk memajukan persepakbolaan Indonesia. Tinggal tergantung siapa operator atau pelaksananya; baik atau buruk, becus atau goblok, profesional atau tidak profesional. Silakan publik pencinta sepakbola yang menilai siapa nantinya jadi operator terbaik.

Sikap dasar saya soal LSI dan LPI itu sudah saya tegaskan kepada orang-orang LPI dan petinggi PT Liga Indonesia, juga kepada teman-teman wartawan yang mungkin sengaja menggoda atau memang ingin mengejek saya sebagai wartawan pro-LPI.

Adalah fakta Koran Tempo menjadi sponsor LPI. Ini hubungannya dengan kegiatan marketing. Redaksi tak ikut campur. Walau Koran Tempo jadi sponsor LPI, saya tak pernah dipaksa meliput kegiatan LPI. Begitu pula dengan LSI. Bagi saya, kehadiran LPI mendatangkan peluang untuk membuat berita lebih banyak. “Cukup sekali kutegaskan. Aku bukan wartawan LPI atau wartawan LSI. Aku wartawan TEMPO. Uang LPI dibelah tujuh pun tak pernah kuterima,” begitu saya menegaskan kepada beberapa teman wartawan. Penegasan itu pertama kali saya sampaikan di ruang kerja Panitia Pelaksana Pertandingan Arema pada Senin, 16 November 2010, atau empat hari setelah laga amal antara Persema melawan Indo Holland digelar di Stadion Gajayana.

Saya bekerja untuk TEMPO selama hampir 10 tahun. Sedikit-banyak saya tahu bagaimana TEMPO menjaga independensinya. Saya kira, tak hanya di TEMPO, semua media memang harus menjaga otonomi redaksinya, termasuk harus terbebas dari intervensi pihak marketing.

Aremania silakan tak percaya atau ragu-ragu. Aremania berhak memberi nilai positif dan negatif. TEMPO bukanlah media yang 100 persen murni steril dari kelemahan dan kesalahan. TEMPO tidak terlalu suci untuk diagungkan meski masih memiliki reputasi yang bagus hingga sekarang—minimal bagi para penggemarnya.
Saya kagum pada TEMPO, tapi saya menolak menjadi pengagum yang buta karena terlalu fanatik sehingga sulit menerima atau malah tak mau menerima kelemahan TEMPO. Seingat saya, pendiri TEMPO mengajarkan, kebenaran bisa datang dari siapa pun dan dari tempat-tempat yang paling tidak kamu sukai.
Asal nawak-nawak sekalian ketahui juga, gara-gara polemik tentang LSI dan LPI, hubungan antara beberapa teman wartawan di Malang menjadi kurang harmonis dan terkesan berkubu-kubu: pro LSI dan pro LPI. Hubungan tak harmonis ini berdampak cukup buruk pada saya dan banyak teman wartawan yang ingin tetap bekerja profesional dan menjaga independensinya. Saya menyebutnya sebagai wartawan “poros tengah”.

Oleh karena itu, wartawan poros tengah berencana mengadakan sebuah diskusi tentang independensi media dalam liputan sepakbola pada Februari mendatang. Jadwal pastinya sedang dibahas. Doakan ya semoga rencana kami lancar.

Saya cukup hafal sejarah Arema dan Aremania dari awal berdiri sampai sekarang. Hafalan ini tidak hanya saya dapat dari bacaan, tapi juga cerita dan kesaksian para pelaku, terutama pendiri Arema, serta kehadiran saya di stadion dan di luar stadion untuk merekam jejak-jejak Arema dengan segala romantikanya. Sebagian romantika itu saya rekam dalam foto seperti saya muat di album foto di Facebook yang saya beri judul “Salam Satu Jiwa!” Masa kerja saya masih pendek. Sebelum bekerja untuk TEMPO, saya bekerja untuk majalah PANJI Masyarakat dengan tugas pertama di Aceh dan Medan (1999-2000), lalu Jakarta. Karir saya di TEMPO dimulai dari Jember, lalu ke Malang hingga sekarang. Aktivitas lain adalah menjadi Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang dan mengajar di Universitas Muhammadiyah Malang.
Saya sekolah memang untuk jadi wartawan. Saya sangat paham prinsip dan standar jurnalistik yang tak boleh dilanggar seorang wartawan. Saya tidak memaksa, tapi kalau mau adil menilai, silakan lihat arsip-arsip berita saya tentang Arema di www.tempointeraktif.com dengan nama asli saya ABDI PURMONO atau ABDI PURNOMO (nama kedua ini keliru) di mesin fasilitas pencarian berita di pojok kanan atas.

Apabila saya dianggap bersalah karena membuat berita bohong sehingga menimbulkan fitnah atau sengaja merugikan Arema dan Aremania, apalagi saya dituduh membenci Arema, tentu saya takkan menerima semua ajakan pertemanan dari banyak Aremania di Facebook. Hasilnya, saya menerima banyak kritik, protes, cacian, dan ancaman. Namun semua saya terima dengan lapang dada dan semampu mungkin saya menjelaskan masalahnya kepada Aremania yang bertanya. Menyampaikan surat terbuka ini merupakan bentuk tanggung jawab moral saya kepada Aremania.

Dan, alhamdulillah, banyak Aremania yang kini menjadi teman setelah mendapat penjelasan dari saya. Beberapa Aremania memang sudah mengenal saya secara pribadi jadi lebih mudah memahami sikap dan posisi saya sekarang ini. Saya percaya, banyak teman mendatangkan banyak kebaikan.

Jika masih banyak Aremania keberatan, silakan protes ke redaksi dan lapor ke Dewan Pers. Minta Dewan Pers menjadi mediator. Bila perlu Aremania silakan berunjuk rasa di kantor majalah TEMPO jika TEMPO tak melayani pemuatan surat dari Mas Teguh.

Saya juga mencintai Arema tapi kita bisa berbeda cara dan gaya dalam mengekspresikannya; kita boleh tidak saling suka, tapi jangan sampai saling membenci sehingga kita harus bersikap egoistis dan bersikap pokokedengan menolak kebenaran dari orang yang tidak kita suka atau kita benci.
Saya sangat menghargai dan menaruh hormat terhadap Aremania yang memberikan tanggapan. Apabila ada hal-hal yang belum memuaskan dan tidak mengenakkan hati dalam surat terbuka ini, saya meminta maaf lahir dan batin dengan setulus-tulusnya.

Matur sembah nuwun untuk kesediaan Aremania membaca dan memahaminya.
Malang, Minggu, 30 Januari 2011 (pukul 01.15 WIB) Salam Satu Jiwa, Arema!
Demikianlah, laporan investigasi Majalah Tempo menguak borok sepakbola Indonesia berbuntut polemik. Tapi, keberatan lewat mailing list yang juga dikirimkan ke redaksi itu, setidaknya telah mendapat penjelasan super detail dari salah satu awaknya. Semoga, semua pihak bisa bersikap dewasa dalam persoalan ini.




Slide Presentasi-Tugas Kelompok-Biografi dan Autobiografi

slide presentasi kelompok VII tentang Biografi dan Autobiografi

Makalah-Tugas Kelompok-Biografi dan Autobiografi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
      Dunia saat ini banyak melahirkan orang-orang yang cerdas dan memliki pemikiran yang maju untuk merubah bangsanya ke hal yang lebih baik. Tidak hanya dalam bidang pendidikan tapi juga dalam berbagai bidang.
     Untuk melihat sisi lain dari orang-orang yang cerdas ini dibutuhkan sebuah peninggalan yang berupa bentuk tulisan mengenai kehidupannya. Dalam penulisan kreatif dikenal dengan biografi atau autobiografi yang merupakan isi dari riwayat hidup dari seseorang.
      Dalam makalah ini kami akan membahas apa itu biografi dan autobiografi dan bagaimana cara membuatnya. Serta untuk memenuhi persyaratan nilai mata kuliah Penulisan Kreatif.

1.2 Rumusan Masalah
       1. Pengertian biografi dan autobiografi.
       2. Jenis-jenis biografi dan autobiografi.
       3. Tahap-tahap membuat biografi dan autobiografi   



BAB II
ISI


2.1 Pengertian  Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi.

2.2 Macam-macam Biografi :
1.      Berdasarkan sisi penulis
2.      Berdasarkan Isinya
3.      Berdasarkan persoalan yang dibahas
4.      Berdasarkan penerbitannya


      2.2.1 Berdasarkan Sisi Penulis

   1)    Autobiografi.
   Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
 2)    Biografi.
            Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
·         Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh didalamnya.
·         Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat).


2.2.2 Berdasarkan Isinya  
       
  1)   Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling  berkesan.
  2)  Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir      terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.


      2.2.3 Berdasarkan Persoalan Yang Dibahas

  1)       Biografi Politik.
                    Yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala  tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

  2)      Intelektual biografi
    Yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.

  3)      Biografi Jurnalistik ataupun Biografi Sastra
   Yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena   Cuma keterampilan dan wawancara.


2.2.4 Berdasarkan Penerbitannya

  1)    Buku Sendiri
  Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.

  2)   Buku Subdisi
   Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.


2.3. Pelaksanaan Penulisan Biografi


TAHAP I : Diadakan pertemuan dengan klien untuk membicarakan rencana penulisan. Klien akan diberi penjelasan lebih jauh tentang sistem penulisan biografi yang kami terapkan serta hal-hal lain yang perlu diketahui klien. Klien kemudian menetapkan bentuk dan jenis biografi yang diinginkan.
TAHAP II : Keinginan klien akan kami bawa dalam pertemuan dengan sesama anggota kreatifnet untuk didiskusikan dan direncanakan. Setelah itu kami akan menghubungi klien untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut. Bila semuanya oke, akan diadakan penandatanganan kontrak penulisan.
TAHAP III: Hasil penyusunan dalam bentuk naskah tertulis akan diserahkan kepada klien untuk dikoreksi. Lama pengoreksian oleh klien maksimal satu minggu. Setelah itu, naskah dikembalikan lagi kepada kami.
TAHAP IV: Perbaikan serta pemrosesan akhir kami lakukan. Bila ada yang kurang jelas, klien akan kami hubungi lagi.
TAHAP V: Tahap penulisan dianggap selesai. Hasil akhir berupa naskah jadi dalam bentuk print-out dan CD kami serahkan kepada klien. Untuk memperbanyak dalam bentuk buku atau CD akan diadakan pembicaraan lanjutan antara kami dan klien.
Saat menulis biografi, seorang penulis berupaya menyajikan perjalanan kehidupan seorang tokoh. Biasanya, ungkapan ekspresi waktu yang bervariasi dapat menjadikan tulisan lebih menarik dan tidak menonton. Selain itu Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: 

·         Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda.
·         Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut.
·         Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.
·         Pikirkan, apa lagi yang perlu Anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak Anda tuliskan.
·         Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:
§  Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?
§  Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain?
§  Kata sifat apa yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk menggambarkan orang ini?  Contoh: Apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut?
§  Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu?
§  Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia mengatasinya dengan        mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan?
§  Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah          hidup? Bagaimana bisa dan mengapa?

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya cerita Anda lebih menarik.
Berikut ini ungkapan ekspresi waktu yang dapat digunakan. Menjelaskan hubungan waktu urutan peristiwa.
§  Pertama kali, pada mulanya
§  Kemudian, lalu, berikutnya, sesudah itu,setelahini, setelah/peristiwa/kejadian ini
§  Akhirnya Untuk menunjukkan satu waktu
§  Pada (usia/umur) 12, saat berusia 12 (tahun)
§  Tahun lalu, tahun ini, tahun mendatang, tahun berikutnya, hari berikutnya setahun yang lalu Untuk menunjukkan periode waktu yang terus berlanjut. Selama masa remaja, waktu saya remaja, selama tiga tahun, untuk waktu yang lama. Sejak (awal periode yang terus berlanjut) Preposisi
§  Di … (nama tempat, arah), pada … (tanggal/bulan/tahun)


Contoh Biografi di Indonesia


PROFESIONALISME ALA CHRISYE (ALM)
 (Tulisan ini saya buat tahun 2007 sebagai apreasiasi terhadap Chrisye (alm) atas prinsip profesionalisme yang ditunjukkan dalam profesinya, dan prinsip itu di-share kepada kita semua melalui sebuah buku.
Salah satu kesukaan saya adalah membaca buku biografi atau autobiografi orang-orang yang terkenal. Menurut saya, selalu ada saja pelajaran atau lessons learned yang bisa dipetik dari pengalaman hidup mereka, setidaknya dari apa yang dituliskan di buku itu.
Nah, salah satu buku yang biografi yang menarik adalah “Chrisye : Sebuah Memoar Musikal” yang ditulis oleh Alberthiene Endah. Mengapa menarik ? Karena buku ini tidak hanya berkisah mengenai sang legenda musik Indonesia, Chrisye, melainkan juga berisikan berbagai hikmah atau lessons learned yang diungkapkan oleh (alm) Chrisye berkaitan dengan perjalanan hidupnya sebagai penyanyi atau musisi. Hampir semua himah atau lessons learned yang disampaikan (alm) Chrisye relevan dengan berbagai teori atau konsep manajemen yang lazim dipergunakan dalam bisnis.
Petikan dari buku tersebut, “Berpuluh tahun saya menjalani profesi penyanyi, saya akhirnya menyadari bahwa pencapaian terbesar saya adalah bahwa saya bisa terus berjalan dalam proses. Saya bisa setia pada musik. Saya bisa banyak menggenggam nilai kehidupan berkat musik. Dan saya sangat bahagia jika bisa membagikan pengalaman buat siapapun yang ingin bertahan dalam profesi yang dicintai ! ..(halaman 325) “.


2.4 Autobiografi
        Autobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh seorang Tokoh tentang kehidupannya dan tentang perjalanan hidup yang dilaluinya. Mulai dari kanak-kanak sampai waktu yang ditentukan oleh Penulis Autobiografi.


2.5 Asal Usul Autobiografi
        Kata autobiografi pertama kali digunakan oleh William Taylor pada 1797 di Inggris dan diterbitkan secara berkala yang berupa Review Bulanan. Namun bentuk autobiografi kembali ke jaman dahulu.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan sudut pandang; autobiografinya namun mungkin didasarkan sepenuhnya pada memori penulis. Erat terkait dengan otobiografi (dan kadang-kadang sulit untuk tepat membedakan dari itu) adalah bentuk memoir.
Ratusan sudah buku autobiografi, memoar, perjalanan hidup dan semacamnya yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Dari tahun ke tahun ada saja penerbit yang menerbitkan kisah hidup (biografi) orang-orang terkenal, para pemimpin atau mereka yang merasa ada sesuatu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Buku tampaknya merupakan tugu kenangan bagi orang-orang tertentu, terutama bagi mereka yang menulis sendiri riwayat hidupnya.
Mengapa orang tertarik untuk menerbitkan buku semacam ini? Apakah karena penerbitan buku kisah kehidupan ini laris di pasaran dan mendatangkan keuntungan baik kepada penerbit maupun pengarang? Dari antara sekian banyak autobiografi yang terbit di Indonesia, ada sebuah buku yang menarik dari segi pemasaran, yakni buku yang berjudul Soemitro, dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib sebagaimana dituturkan kepada Ramadhan K.H., yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1994. Hebatnya, buku ini dicetak ulang sampai empat kali dalam sebulan! Buku kisah kehidupan lainnya belum sehebat itu.
Menurut beberapa penerbit, buku semacam ini umumnya seret peredarannya. Tidak jarang pengarangnya sendiri turut membiayai penerbitannya. Buku biografi jadilah semacam sumbangsih pemikiran orang tertentu untuk masyarakat, paling sedikit bagi masyarakat sekeliling tokoh yang dikisahkan.
Bagaimana orang menanggapi sebuah autobiografi, memoar, biografi atau semacamnya? Banyak ragam pendapat orang. Ada yang menganggap buku itu bagus, meluruskan sesuatu hal yang tadinya dianggap lurus, memberikan kenikmatan hidup atau sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa buku semacam itu hanya pamer pujian kepada diri sendiri, tidak jujur karena tidak mengungkapkan kisah yang sebenarnya.
Di negeri yang sudah maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai sebuah karya sastra yang menarik untuk dikaji. Sallie Mcfaqua dalam buku Speaking in Parables menyediakan satu bab khusus membahas kisah kehidupan diri ini. Ia beranggapan bahwa autobiografi dan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan.
Peristiwa yang dihadapi sang tokoh diungkapkan khususnya yang tak lazim terdengar, rahasia kehidupan (gagal ataupun sukses), rangkaian kejadian dari lingkungan yang diakrabi sang tokoh.
Sebuah autobiografi yang baik mirip sebuah parabel yang dalam ruang lingkup agama, semacam pengakuan tokoh agama, sekadar contoh Pengakuan Agustinus terus dibaca orang dari abad ke abad karena yang diungkapkan merupakan sesuatu yang kurang lazim, bukan yang menarik dari diri sendiri melainkan tentang diri dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini, orang membaca autobiografi karena ia mencari diri sendiri, membaca perjalanan hidup diri sendiri, semacam metafora diri, siapakah aku ini? Kisah diri diungkapkan sedemikian rupa, sebuah inti kehidupan yang menurut Roy Pascal memunculkan master form.
Orang membaca autobiografi bukan khusus mencari penanggalan (kecuali kepentingan sejarah), nama, tempat, melainkan untuk mengetahui cara menanggapi, penyusunan, pemahaman tentang apa yang dirasakan seorang individu, bagaimana ia mengungkapkannya, bahwa seorang individu dapat dihubungkan dengan diri orang lain. Lalu, hal ini dapat menolong pembaca membayangkan diri sendiri. Kisah yang demikian menjadi narasi yang indah, sebuah kisah yang efektif, artinya pengaruhnya menjelma di dalam diri pembaca. Semacam dialog yang hidup.
Penutur kisah--tentu dengan penyajian yang estetis dan berseni--yang membuat karya tentang hidupnya menjadi seperti sebuah metafora diri, bertujuan mengungkapkan diri, kesadaran dunia dalam melalui tahapan rincian hidup yang historis dan aktual. Itu semacam proses yang membawa pembaca kepada pengenalan diri sang tokoh sehingga melibatkan pembaca dalam perjalanan hidupnya.
Begitulah, sebuah autobiografi sejati hanya dapat ditulis oleh orang yang berjiwa matang, merasakan kehidupan berdialog dengan kehidupan itu antara interaksi jiwa luar-dalam. Jarang ada autobiografi yang ditulis dalam usia muda, kecuali autobiografi Malcolm X (diterbitkan oleh Risalah Gusti, 1995) yang mengusung penderitaan kelompoknya (semacam jurubicara yang menghayati dan menjadi master from dari komunitasnya).
Sebagai karya seni, penulis kisah kehidupan diri ini tentu memiliki sudut pandang diri. Ia tidak hanya bertutur tentang sejumlah kejadian. Kalau ia menuturkan sejumlah kejadian, ada maksud di dalamnya dan memiliki kesatuan (unity). Setiap kejadian harus ditampakkan sebagai bagian dari proses, berjalin satu dengan yang lain, menjadi satu untaian yang menyatu dari sudut pandang tertentu sehingga menimbulkan suasana "sense" dan "makna" di hati pembaca.
Dari sudut estetika, di dalam sebuah autobiografi terjadi proses peleburan dunia-dalam dan dunia-luar secara integral. Atau menurut Roy Pascal, kebenaran autobiografis dan estetis bukanlah kebenaran atas pemahaman, melainkan karena keberadaannya (of being). Bukan sekadar pengetahuan atas sesuatu, melainkan sebuah kehidupan yang hidup.
Sesungguhnya, autobiografi atau biografi, memoar dan semacamnya yang sejati bukanlah tiruan dari sejumlah fakta yang rinci secara lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan atau master form dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya.
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna. Membaca sebuah kisah kehidupan, berarti kita menelusuri kisah kehidupan lahir dan batin pengisah sehingga kita mendapati sebuah hikmat yang praktis dari dalam kehidupan ini. Sebuah karya yang jujur akan mudah diketahui. Sementara, kisah-kisah kehidupan yang sudah super ... akan berlalu seperti angin.
“Autobiografi bukanlah tiruan fakta lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya". Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.


2.6 Jenis Autobiografi


2.6.1 Autobiografi Sebagai Kritik Totalitarianisme
Korban dan penentang rezim totaliter telah mampu menyajikan kritik mencolok dari rezim melalui bentuk autobiografi dari penindasan mereka. Di antara autobiografi terkenal dari karya-karya tersebut adalah tulisan-tulisan Primo Levi, salah satunya adalah Shoah. Demikian pula, ada banyak karya rincian kekejaman dan kedengkian rezim Komunis (misalnya, Nadezhda Mandelstam's Hope terhadap Hope).


2.6.2 Autobiografi Sensasional
Dari abad ke-17 dan seterusnya, "skandal memoar" oleh Libertini seharusnya, melayani selera publik , telah sering dipublikasikan. Biasanya samaran, mereka (dan) sebagian besar karya fiksi yang ditulis oleh ghostwriters.
Jadi yang disebut "autobiografi" atlet profesional modern dan media selebriti-dan pada tingkat lebih rendah tentang politisi, umumnya ditulis oleh pengarang untuk orang lain yang, secara rutin diterbitkan. Beberapa selebriti, seperti Naomi Campbell, mengaku tidak membaca autobiografi mereka.

2.6.3 Autobiografi Seseorang yang Tidak Terkenal
Sampai tahun terakhir, beberapa orang tanpa klaim asli terkenal menulis atau menerbitkan autobiografi bagi masyarakat umum. Dengan keberhasilan kritis dan komersial di Amerika Serikat memoar seperti Angela's Ashes dan The Color of Air, Namun, semakin banyak orang telah didorong untuk mencoba tangan mereka di genre ini.

2.6.4 Autobiografi Fiksi
Istilah "autobiografi fiksi" telah diciptakan untuk mendefinisikan novel tentang seorang tokoh fiktif yang ditulis seolah-olah karakter itu menulis biografi mereka sendiri, yang Flanders Daniel Defoe Moll, adalah sebuah contoh awal. Charles Dickens 'David Copperfield klasik seperti lain, dan JD Salinger's The Catcher in the Rye adalah contoh modern terkenal otobiografi fiksi.
Charlotte Bronte's Jane Eyre adalah contoh lain dari autobiografi fiktif, seperti yang tercantum pada halaman depan versi asli. Istilah ini juga dapat berlaku untuk karya fiksi yang mengaku otobiografi karakter nyata, misalnya, Stephen Marlowe Kematian dan Kehidupan Miguel de Cervantes.


2.7  Masalah dengan Autobiografi
1.   Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.
2.   Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
3.   Orang sering memasukkan informasi ke dalam autobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri).

Contoh Autobiografi:     
        
 


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
            Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.
            Autobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh seorang Tokoh tentang kehidupannya dan tentang perjalanan hidup yang dilaluinya. Mulai dari kanak-kanak sampai waktu yang ditentukan oleh Penulis Autobiografi.


3.2 Saran
            Dalam menulis biografi dan autobiografi harus memperhatikan bebrapa hal diantaranya orang yang akan dijadikan profil dam biografi ataupun autobiografi serta tahap-tahap penulisannya harus dilalui dengan teratur.



DAFTAR PUSTAKA

- http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html
- http://68site.blogspot.com/2009/03/biografi.html